Kamis, 16 Januari 2020

Pelestarian Sintren melalui Kurikulum Muatan Lokal Sekolah di Cirebon





  

Hasil gambar untuk gambar sekolah


Secara etimologi, Sintren berasal dari kata Si dan Putren, bila digabung menjadi Si Putren (sang putri). Sebutan sang putri ini merujuk pada putri jelmaan, yaitu perempuan yang dimasuki roh bidadari sehingga perempuan itu menjadi jelmaan bidadari. Sintren merupakan salah satu kesenian sebagai budaya lokal di daerah pantura. 

Kesenian yang konon selalu dikonotasikan dengan mistik itu sudah ada sejak tahun 1940 an, dan bahkan menurut legenda sintren itu sudah ada sejak zaman animisme dinamisme. Perkembangan sintren sejak dari zaman animisme dinamisme sampai dengan sekarang itu ditandai dengan perkembangan zaman.Misalnya dalam pementasan sintren ada dupa dan wewangian; ini pengaruh dari zaman animisme dinamisme, dimana pada zaman itu untuk mengundang roh diperlukan dupa dan wewangian. Tetapi sintren pada saat ini sudah dijadikan sebagai media da’wah, hal ini dapat kita lihat pada teks syair nyanyian sintren 

Sintren yang sampai saat ini masih eksis, meskipun dikepung oleh kesenian modern, tetapi tidak kalah dan masih eksis. Usaha pelestarian sintren ini sangat diperlukan supaya nilai budaya lokal Cirebon ini tidak punah. Pelestarian sintren ini yang tepat melalui jalur pendidikan. Karena dalam Kurikulum Muatan Lokal, mata pelajaran yang mengandung nilai-nilai karakter budaya lokal dapat dimasukkan ke dalam mata pelajaran di sekolah misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler. Pelestarian sintren melalui jalur pendidikan di sekolah sangat memungkinkan, karena ada regulasinya, mengandung nilai budaya lokal, unsur mistik dalam sintren dapat dihilangkan. 

Sintren merupakan seni budaya tradisional daerah pesisir pulau Jawa bagian utara. Sintren juga merupakan kesenian yang dapat ditampilkan dan diajarkan dengan memiliki makna simbolik tinggi untuk mendidik generasi muda, yaitu untuk membentuk karakter bangsa yang memiliki peradaban tinggi dan relevan dengan perkembangan zaman sebagai salah satu bentuk dari pencerahan masyarakat. Meskipun sampai dengan saat ini sebagian masyarakat masih menganggap kesenian Sintren mengandung syirik. Padahal kebalikannya, Sintren merupakan media dawah yang mengandung nilai estetika tinggi, yang dibuat dengan teknik pertunjukkan murni, yang membutuhkan kecerdasan intelektual serta spiritual yang tinggi. 

Beberapa sumber informasi dari masyarakat menyatakan bahwa seremonial sintren yang selama ini dilakukan di bebeapa daerah di Pantura itu di samping ada unsur magic nya juga ada beberapa trik yang dilakkan oleh dalang. Misalnya : kurung ayam selalu ditutup dengan hiasan perrnakpernik-tidak apa adannya- kurung ayam, kacamata hitam, teknik mengikat badan sintren yang tidak boleh sembaranagan, dan sebagainya. Yoga Nugraha (kompasiana.com ) mengatakan bahwa :” mengenai sintren tersebut bukan mistik dan sama sekali tidak menggunakan hal-hal yang berbau gaib”. Sintren ini juga diperagakan dari 2 orang wakil rombongan mengenai trik-trik sintren yang sebenarnya, yang benar-benar jauh dari unsur mistis. Sama halnya dengan sulap-sulap yang kita lihat di acara TV, yang menggunakan trik-trik bukan mistis. Namun ini semua dikembalikan kepada masing-masing orang mengartikannya, seperti Jalaludin Rumi mengatakan bahwa tarian mistiknya itu bisa sampai pada Allah Gagasan Rumi bagi kaum yang memegang teguh syariat formal boleh jadi terasa kurang sreg (tepat/pas), sehingga bisa dianggap nyleneh dan memberontak tata syariat agama. Bagi Rumi semua pandangan terhadap gagasannya adalah sah-sah saja, karena perbedaan pandangan adalah suatu rahmat. Rumi sebagaimana diungkapkan di bagian awal, memandang segala sesuatu dari sisi hakikatnya, dunia makna, bukan dari dunia bentuk atau luar. Karena itu Rumi memandang dari aspek kesejatiannya bukan dari kulit luarnya. Gagasannya tentang cinta kepada Allah, yang sangat mendominasi pikiran dan puisinya, sering diungkapkan dalam cara di luar syariat, yaitu dengan membentuk sebuah tarian yang disebut “para darwis yang menari” – the whirling dervishes. Dan dengan tarian mistiknya itu Rumit. 

sampai pada Allah. Jika orang bertanya mengapa lewat tata cara menari dan tidak dengan tata syariat? Rumi dalam satu puisinya menyatakan: “Orang harus mendobrak dan mematahkan batas-batas pemikiran untuk menyaksikan kekuatan cinta yang tertinggi, dan untuk mencerap kebesaran Allah Tercinta.” Dan semua itu bisa melalui musik dan tari (Sri Muryanto,2014) Melihat perkembangan sintren yang ada di Cirebon itu sejak tahun 1940 an sampai dengan sekarang masih digemari khususnya oleh masyarakat pesisir pantai utara dan umumnya bagi para wisatawan lokal maupun wisatawan asing, ini sangat perlu dilestarikan sebagai nilai budaya lokal Cirebon melalui jalur pendidikan. 

A. Sejarah Perkembangan Sintren Dyah Komala (2012) menuliskan sejarah sintren dsri zaman ke zaman, yaitu : 

1. Legenda Sintren Sintren merupakan kesenian tradisional Jawa, merupakan tarian mistis, yang berasal dari cerita asmara sulandono dengan Sulasih yang tidak direstui oleh Ayahnya-Ki Baurekso- sulandono meninggalkan kampung halamannya untuk bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Pertemuan keduanya berlangsung melalui alam gaib. Karena itu diperlukan media-mantramantra- untuk memanggil doh bidadari. 

2. Sintren masa Animisme Dinamisme Kesenian sintren/lais pada zaman ini digunakan sebagai alat untuk mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan arwah para leluhur yang disebut Batara Tunggal. Hal ini terlihat pada pertunjukkan sintren selalu mengutamakan sarana sajian atau sesajen untuk dipersembahkan kepada arwah leluhur mereka dan dupa/kemenyan/ukup digunakan untuk mengundang roh dari langit yang dimasukkan (meraga sukma) dalam diri penari sintren. Hal ini juga diwujudka. 



B. Bagaimana pendapat masyarakat Cirebon terhadap pelestarian Sintren melalui Kurikulum Muatan lokal di sekolah ? 

Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Cirebon, Rabu, 24 Agustus 2016, pkl 09.05 sd 11.34 Wib di Kantor Disbupar Jl. By Pass Kota Cirebon. Drs. Agus Setiadiningrat, MM,M.Pd 

1. Disbudpar khususnya Bidang Kebudayaan sebagai lembaga bertanggungjawab terhadap kelestarian dan pengembangan Budaya dan Pariwisata di wilayah Kota Cirebon. 

2. Bidang Kebudayaan bertanggungjawab terhadap pembinaan kebudaya yang ada di wilayah Kota Cirebon 

. 3. Pembinaan kebudayaan itu meliputi sanggar-sanggar, sekolah-sekolah termasuk perguruan tinggi yang ada di wilayah Kota Cirebon. 

4. Sintren sebagai salah satu budaya Cirebon dapat dijadikan sebagai kegiatan di sekolah, tetapi bukan dalam bentuk kegiatan Muatan Lokal (MULOK), tetapi sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Kadisdikbud kab.cirebon 

· Program Kabupaten Cirebon Sektor Kebudayaan 

1. Menumbuh kembangkan kemampuan masyarakat dalam pemahaman dan pengamalan nilai budaya daerah serta menyerap budaya luar yang positip Untuk memperkaya budaya daerah. 

2. Menciptakan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat sikap kerja keras, disiplin menghargai prestasi, kreatif, salin menghormati dan menghargai. 

3. Meningkatkan proses pembauran yang dijiwai sikap mawas diri,tahu diri, tenggang rasa,tanggung jawab, dan kesetiakawanan sosial. 

4. Membina, memelihara,melestarikan,mengembangkan dan memanfaatkan kesenian daerah untuk mendukung daya cipta para seniman, meningkatkan apresiasi dan kreativitas seni budaya masyarakat dalam rangka memperkaya budaya daerah. 



· Sintren Wajib masuk Mata Pelajaran 

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon (2016): Tujuh dari 40 kesenian di Kabupaten Cirebon telah punah. Punahnya kesenian di Kabupaten Cirebon ini lantaran krisis generasi muda dalam melestarikan budaya lokal. Ujar H.Abdullah Anwar (Kadisdik Kab.Cirebon). 

Persoalan punahnya kesenian lokal Cirebon akan menjadi PR bagi pihaknya dengan terus menekan semua sekolah wajib memberikan muatn lokal seni budaya tradisional asli Cirebon” Muatan lokal ini tidak hanya teori saja, tetapi harus dengan prakteknya. 

Kesenian lokal yang ditonjolkan sesuai dengan potensi masing-masing sekolah. Misalnya SD, SMP, SMA Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon wajib mengajarkan dan melestarikan kesenian angklung bungko yang nyaris punah - Insya Allah tahun depan saya akan mengadakan seni tradisional antar pelajar (ujar Abdullah Anwar)- dan beliau mengatakan bahwa pada acara “Gelaran Seni Tradisonal” di Kabupaten Cirebon beberapa waktu lalu itu anggarannya berasal dari Pemerintah Propinsi Jawa Barat sebesar Rp. 20 juta, dengan dana sebesar itu dapat menampilkan 15 kesenian tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar