MAKNA LIRIK LAGU TURUN TURUN SINTREN
Penelitian ini berjudul Makna Lirik pada Pertunjukan Seni Sintren yaitu Turun-turun Sintren dan Kembang Kilaras. Penelitian ini berfokus pada analisis semiotika, yang bersifat kualitatif, dengan memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sedangkan pisau analisis atau instrumen analisis data peneliti menggunakan semiotika yang dibuat oleh Roland Barthes. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti lirik tembang Turun-turun Sintren dan Kembang Kilaras yang dilihat dari arti denotatif dan konotatif yang akhirnya menjadi sebuah mitos, yang dalam hal ini juga merupakan fokus utama penelitian ini. Dimana dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil tentang makna dibalik tembang-tembang Sintren tersebut yaitu, selain tembang-tembang tersebut menceritakan tahapan-tahapan apa saja yang akan dilalui Sintren
Tembang Turun-trurun Sintren mempunyai makna sebagai sebuah keihlasan dan ketulusan kepada Yang Maha Kuasa atas pertolongan yang telah diberikan-Nya dan sebuah rasa terimakasih kepada Tuhannya atas terjaganya keseimbangan bumi, sehingga sejahternya bumi dan langit. Sedangkan dalam tembang kedua yang berjudul Kembang Kilaras peneliti menemukan makna mengenai sebuah kepergian atau bahkan kematian, dalam beberapa penggalan terdapat penegasan tentang manusia yang seharusnya bisa membawa kebaikan dan manfaat kepada orang lain sebelum dia meninggalkan dunia ini untuk kemudian menitis kembali dan berainkarnasi menjadi orang yang lebih baik lagi.
Lirik Turun Sintren
Turun-turun sintren
Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange Putri Mahendra Widadari
termuruna Sulasih Sulandana
Menyangkuti ragane sukma Ana
sukma saking surga
Widadari temuruna
Lirik ini kemudian akan terus diulang dengan tempo yang sama guna memudahkan penari sintren memasuki fase trance atau kerasukan. Gus Eko Ahmadi selaku guru spiritual menjelaskan bahwa mantra dan doa yang dibacakan oleh pawang adalah sholawat. Namun dari sumber yang diperoleh melalui studi pustaka, ditemukan bahwa ada doa khusus pada setiap pertunjukan tari Sintren yang disimbolkan sebagai sikap ketaatan dan perlindungan yang ditujukan kepada Allah dalam agama Islam lewat sarana bidadari yang dianggap sebagai dewi Rantamsari yang mengindangi atau merasuki penari sintren. Simbol ketaqwaan ini diwujudkan dalam doa “Aji Jaya Mantra.” “Bismillahirohma’nirohim. Sedulur papat lima pancer kakang kawah adi ari-ari rohe si jabang bayi sisihaken sawentara saka raganing arep nggo dolanan dilindungi ratu Ayu Gadung lung ajungan Dewi Ayu Rantamsari saksine indang dayang bahu rekso tanah kene.”
Terjemahan : Bimillahirohma’nirohim. Saudara empat lima pusar kakak kawah adik ari-ari rohnya si jabang bayi disingkirkan sementara dari raga untuk dilindungi ratu Ayu Gadung Iung tempat Dewi Ayu Rantamsari yang menjadi saksi penghuni dayang tanah sini. Doa “Aji Jaya Mantra” menggunakan kalimat Bismillahirohma’nirohim dalam agama Islam untuk mengawali semua kegiatan agar berjalan lancar dan yang ditujukan kepada Dewi Rantamsari dalam doa tersebut yang berbunyi “... arep nggo dolanan dilindungi ratu Ayu Gadung Iung Anjungan Dewi Ayu Rantamsari saksine indang dayang bahu” , (Darmoko,2013 :98).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar