PEGELARAN SINTREN
Pada mulanya di pagelaran Sintren pakaian yang digunakan oleh
penari sintren bukanlah baju golek seperti yang ada sekarang ini,
pada masa lalu daerah-daerah dalam lingkungan budaya cirebonmasihseperti
kabupaten masih menggunakan kebaya sebagai pakaian utama penarinya sebelum
dikemudian hari sebagian kelompok tari sintren mengubah pakaiannya menjadi
baju golek Struktur pertujukannya pun memiliki struktur yang berbeda-beda
pada setiap desa yang memiliki kesenian Sintren, hal ini disebabkan adanya
nilai-nilai lokal dan estik pertunjukan yang berusaha ditampilkan pada wilayah
tersebut.pegelaran sintren di kabupaten Dan kota cirebon.
Pagelaran yang ada di wilayah kabupaten dan kota
Cirebon sangat erat kaitannya dengan dakwah Islam dikarenakan dekatnya
wilayah ini dengan pusat kesultanan Cirebon di kota Cirebon.
PAKAIAN SINTREN
Pada masa lalu diwilayah kabupaten Cirebon, busana yang
digunakan oleh penari sintren berupa Kebaya untuk atasannya dengan kain batik
Liris dan celana Cinde (celana yang panjangnya sampai ke lutut sebagai
bawahannya serta Jamang (hiasan rambut), kaos kaki dan
kacamata hitam sebagai pelengkapnya, tidak hanya itu, pada masa lalu alat musik
yang mengiringi pagelaran sintren merupakan jenis-jenis alat musik yang
terbilang sederhana, diantaranya adalah ;
> Buyung, alat musik semacam gendang yang terbuat
dari tanah liat dengan ditutup lembaran karet diatasnya. Penggunaan alat
musik buyung inilah yang melatarbelakangi sebagian penari
sintren pada masa lalu disebut sebagai ronggeng buyung (ronggeng
yang diiringi oleh alat musik buyung).
· Tutukan, alat musik yang
terbuat dari bambu panjang dan besar yang pada masa sekarang disamakan
fungsinya dengan alat musik bas.
· Bumbung, alat musik yang
terbuat dari ruas-ruas bambu yang berukuran kecil yang pada masa sekarang
disamakan fungsinya dengan gitar melodi atau sejenisnya.
· Kendi, alat musik yang
terbuat dari tanah liat yang berfungsi sama dengan gong.
· Kecrek, alat musik yang
berfungsi sebagai pengatur ritme nada.
Pada perkembangannya di masa-masa kemudian, baju penari sintren
kemudian berubah menjadi mengenakan baju golek yakni pakaian
yang mirip dengan yang dikenakan oleh wayang golek sebagai atasannya, namun
bawahannya tetap menggunakan kain batik dan celana cinde serta
masih menggunakan jamang, kaos kaki dan kacamata hitam sebagai
pelengkapnya, perubahan tidak hanya terjadi pada bentuk pakaiannya saja,
instrumen pengiringnya juga bertambah dari yang tadinya hanya berisikan buyung,tutukan,kendi dan kecrek kemudian dilengkapi dengan penambahan gamalen cirebon sebagai pelengkapnya.
sintren widadari[sintrenya bidadari]
Nemu kembang yun ayunan (Nemu kembang hendak dibawa kemana?)
Nemu kembang yun ayunan (Nemu kembang hendak dibawa kemana?)
Kembange putri mahendra (Kembangnya putri Mahendra)
Widadari temurunan (Bidadari sedang datang).
Nemu kembang yun ayunan (Nemu kembang hendak dibawa kemana?)
Nemu kembang yun ayunan (Nemu kembang hendak dibawa kemana?)
Kembange putri mahendra (Kembangnya putri Mahendra)
Widadari temurunan (Bidadari sedang datang).
yang diiringi dengan masuknya Ki dalang Sintren
bersama penarinya, yang dilanjutkan dengan sintren yang diikat dengan rantai
dan digulung dengan tikar, ujung tikar kemudian diarahkan ke Ranggap (kurungan
ayam) agar penari Sintren tahu dimana posisinya, tidak seperti yang terjadi
pada pagelaran Sintren di kecamatan Cibingbin, kabupaten Kuningan dimana
penari Sintrennya dapat mengetahui letak Ranggapnya sendiri dan
kemudian merangkak ke dalamnya, di Cirebon penari diarahkan menuju ranggap
dengan cara memasukan ujung tikar kedalam Ranggap .
Adegan keluar Ranggap dan Syair Ya Robbana (Ya
Allah swt)
Setelah penari Sintren yang ada di dalam Ranggap hendak
keluar dari kurungan, maka pesinden melantunkan syair Ya Robana (Ya Allah swt)
yang merupakan kutipan dari surat Al-Araf ayat 23 sekaligus ajakan untuk
bertaubat seperti berikut,
Ya robbana, robbana, robbana (Ya Allah swt)
Ya robana zhalamna anfusana (Ya Allah swt kami telah menganiaya diri kami)
Wa inlam tagfirlana (dan jika engkau tidak mengampuni kami)
Wa tarhamna lanakunanna (dan tidak memberi rahmat kepada kami)
Min al-khosirin (niscaya, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi)
Kemudian penari sudah keluar dengan pakaian yang telah berubah,
dari baju keseharian menjadi baju golek lengkap dengan
batik, cinde, Jamang, kaos kaki dan kacamata.
Adegan penutup
Pada adegan penutup, setelah jatuh berkali-kali pada prosesi
pelemparan uang, penari Sintren kemudian didudukan dan dikurung lagi
dengan Ranggap, sementara pesinden melantunkan syair Kembang
Kilaras.
Kembang kilaras ditandur tengahe alas (Kembang Kilaras ditanam ditengah hutan)
Paman bibi aja maras (paman bibi jangan khawatir)
Dalang sintren jaluk waras (dalang sintren sedang memulihkan keadaan)
Kembange srengenge surupe wayahe sore (Kembang matahari, menutupnya pertanda
waktu senja)
Sawise lan sedurunge kesuwun ning kabehane (Sesudah dan sebelumnya, kami
ucapkan terimakasih pada semuanya)
Pagelaran kemudian berakhir dengan dibukanya Ranggap oleh Ki dalang
Sintren sementara penarinya telah kembali sadar dan berganti pakaian menjadi
baju keseharian.
Pagelaran Sintren di Kabupaten Indramayu
Pada pagelaran Sintren yang ada di wilayah kabupaten
Indramayu tidak selamanya bernuansa agamis yang kental, terkadang
pagelaran sintren juga ditujukan untuk bebarangan (bahasa
Indonesia: mengamen), beberapa wilayah desa di Indramayu yang masih
memepertahankan kesenian sintren diantaranya adalah desa Mekar Gading di kecamatan
Sliyeg,kabupaten dan desa Kroya,kecamatan Kroya, kabupaten Indramayu,
berikut adalah penjelasanny.
STRUKTUR PAGELARAN(desa mekar handing)
STRUKTUR PAGELARAN(desa mekar handing)
Pada pagelaran sintren di desa Mekar Gading, kecamatan
Sliyeg, kabupaten Indramayu terdapat keunikan diantaranya
dijadikan tarling Cirebon sebagai musik latar pada pagelaran
sintren yang diiringi gamelan dan gendanng.
AGENDA PEGELARAN
Arief pegelaran dengan masuknya penari sintren dengan pakaian sehari-hari yang di iringi oleh empat penari pengiring[bahasa Cirebon;cantrik],penari sintren kemudian didudukan oleh dalang sintren didampingi Cantrik, tangan penari sintren kemudian dipegang oleh dalang
dan diletakan diatas asap kemenyan, selanjutnya penari sintren dibelenggu (bahasa
Cirebon : ''dibandan'' dengan cara diikatkan tali ke seluruh tubuhnya.
Penari sintren kemudian dimasukan kedalam ranggap (kurungan ayam) bersama busana sintren dan perlengkapannya, Ranggap beberapa saat kemudian dibuka untuk menunjukan penari sintren yang telah berganti pakaian (bahasa Cirebon: salin busana) namun masih dalam keadaan dibandan (dibelenggu), ranggap pun ditutup kembali
Penari sintren kemudian dimasukan kedalam ranggap (kurungan ayam) bersama busana sintren dan perlengkapannya, Ranggap beberapa saat kemudian dibuka untuk menunjukan penari sintren yang telah berganti pakaian (bahasa Cirebon: salin busana) namun masih dalam keadaan dibandan (dibelenggu), ranggap pun ditutup kembali
.
Adegan keluar ranggap dan aksi akrobatik
Ketika ranggap sudah bergetar-getar, dalang
sintren bersiap untuk membuka ranggap, ketika ranggap terbuka
terlihat penari sintren sudah dalam keadaan tidak terbelenggu dan bersiap untuk
menari, terkadang penari sintren juga melakukan aksi-aksi akrobatik seperti
menari diatas kurungan.
Adegan lempar uang
Adegan lempar uang ( bahasa Cirebon dialek Indramayu: balangan)
yang ada di desa Mekar Gading kurang lebih sama dengan yang ada di wilayah
lainnya di Cirebon, yakni dengan pingsannya penari sintren yang terkena
lemparan uang yang menggambarkan bahwa jika manusia terlalu berpegangan dengan
dunia maka dia akan jatuh. Pada adegan ini dalang sintren akan berusaha
membangkitkan penari sintren beberapakali sebelum menutup adegan balangan ini.
Adegan meminta uang
Adegan meminta uang dengan nyiru (bahasa
Indonesia: tampah) ke penonton atau yang di Indramayu disebut
dengan Temohan dilakukan oleh penari sintren dengan cara
mendekati para penonton dan meminta uang seikhlasnya.
Adegan penutup
Adegan dilakukan dengan memasukan kembali penari sintren
kedalam ranggap.
Pagelaran Sintren di kabupaten Kuningan
Pada cerita mengenai sintren yang beredar di masyarakat kabupaten
Cirebon wilayah timur dan kabupaten Brebes wilayah barat,
Sintren yang sering digelar di wilayah kecamatan Cibingbin, kabupaten
Kuningan berasal dari wilayah Losari, dikarenakan pada masa lalu
masyarakat di wilayah kabupaten Cirebon bagian timur dan kabupaten
Brebes bagian barat suka.
melakukan aktivitas mamando (merantau antar kecamatan atau desa) jika tiba musim panen di sekitaran kecamatan Cibingbin seperti di (desa Dukuh Badag, desa Bantar Panjang, Citenjo, desa Cimara, serta desa Cibeureum mereka mamando ke wilayah utara yakni ke sekitaran Losari, begitu pula sebaliknya, karena pada zaman dahulu wilayah yang lebih dahulu panen biasanya wilayah-wilayah di selatan seperti kecamatan Cibingbin dan sekitarnya, sehingga ada kemungkinan kesenian Sintren dulunya dikenalkan oleh masyarakat Losari, seperti halnya masyarakat desa Randegan dan sekitarnya yang berada dibagian selatan atau pedalaman kecamatan Losari, kabupaten Brebes diperkenalkan kepada kesenian Burok oleh masyarakat Cirebon, begitupula halnya kesenian Sintren masuk ke wlayah ini dikarenakan masyarakat desa Randegan suka nanggap (memanggil kesenian) Sintren dari wilayah pesisir.
melakukan aktivitas mamando (merantau antar kecamatan atau desa) jika tiba musim panen di sekitaran kecamatan Cibingbin seperti di (desa Dukuh Badag, desa Bantar Panjang, Citenjo, desa Cimara, serta desa Cibeureum mereka mamando ke wilayah utara yakni ke sekitaran Losari, begitu pula sebaliknya, karena pada zaman dahulu wilayah yang lebih dahulu panen biasanya wilayah-wilayah di selatan seperti kecamatan Cibingbin dan sekitarnya, sehingga ada kemungkinan kesenian Sintren dulunya dikenalkan oleh masyarakat Losari, seperti halnya masyarakat desa Randegan dan sekitarnya yang berada dibagian selatan atau pedalaman kecamatan Losari, kabupaten Brebes diperkenalkan kepada kesenian Burok oleh masyarakat Cirebon, begitupula halnya kesenian Sintren masuk ke wlayah ini dikarenakan masyarakat desa Randegan suka nanggap (memanggil kesenian) Sintren dari wilayah pesisir.
Pakaian dan alat musik
Pada wilayah kabupaten Kuningan ada sebuah wilayah yang masih
mempertahankan budaya kesenian Sintren Cirebon yakni desa Dukuh Badag, kecamatan
Cibingbin, kabupaten Kuningan yang dipimpin oleh Ki dalang
Sintren D.U Sahrudin. Pagelaran Sintren biasanya dilakukan pada saat acara
pernikahan, sunatan atau memperingati hari-hari besar. Pada masa lalu
diperkirakan pakaian yang digunakan oleh rombongan Sintren yang ada di wilayah
ini masih sama dengan yang ada sekarang yaitu baju hitam dengan ikat kepala
sementara penarinya hanya menggunakan kebaya dengan topi mahkota yang terbuat
dari kertas karton.
Pada instrumen alat musik yang mengiringi pagelaran Sintren di
wilayah ini adalah alat-alat musik sederhana yang kebanyakan terbuat dari bambu
yang memiliki nada dasar atau laras tertentu ataupun alat-alat
musik yang bunyinya mampu mengiringi pagelaran Sintren, diantaranya
ialah ;
· Lodang, instrumen alat musik
yang terbuat dari ruas-ruas bambu
· Gong Bambu, alat musik yang terbuat dari bambu berukuran besar
yang berfungsi sebagai gong.
Struktur pagelaran
Struktur pagelaran Sintren yang ada di wilayah desa Dukuh
Badag, kabupaten Kuningan kurang lebih sama dengan wilayah-wilayah
lainnya yang bersentuhan dengan kebudayaan Cirebon, yang berbeda ialah adanya
adegan Sintren merangkak sendiri menuju Ranggap (kurungan
ayam) setelah tubuhnya diikat dengan tali dan dibungkus tikar, karena biasanya
pada pagelaran Sintren di wilayah kabupaten dan kota Cirebon.
penari Sintren yang telah diikat dengan rantai dan digulung tikar akan diarahkan ujung tikarnya menuju Ranggap (kurungan ayam) bukan merangkak sendiri menuju Ranggap, selain itu adanya pertunjukan sulap oleh para Bodoran (pelawak) dalam pagelaran Sintren di desa Dukuh Badag juga merupakan keuunikan tersendiri,dikarenakan para wilayah lainya yang juga menggunakan Bodoran,para Bodoran ini hanya melakukan aktivitas. Komedi saja tanpa disertai sulap seperti yang dilakukan di wilayaah desa duku Badag.
penari Sintren yang telah diikat dengan rantai dan digulung tikar akan diarahkan ujung tikarnya menuju Ranggap (kurungan ayam) bukan merangkak sendiri menuju Ranggap, selain itu adanya pertunjukan sulap oleh para Bodoran (pelawak) dalam pagelaran Sintren di desa Dukuh Badag juga merupakan keuunikan tersendiri,dikarenakan para wilayah lainya yang juga menggunakan Bodoran,para Bodoran ini hanya melakukan aktivitas. Komedi saja tanpa disertai sulap seperti yang dilakukan di wilayaah desa duku Badag.
AGENDA LEMPAR UANG
Setelah itu penari Sintren melakukan tariannya dan prosesi
melempar uang pun dilakukan, pada proses ini ketika penari bersentuhan dengan
uang yang dilempar masyarakat maka dia akan lemas tidak berdaya, yang
memberikan pesan kepada masyarakat bahwa di dalam kehidupan manusia jangan
selalu mendahulukan duniawi, terlalu serakah ke duniawi akan membuat manusia ada banyak seni dan budaya di jawa barat.termasuk seni dikawasan cirebon.Dikota yang terkenal dengan batik trusminya itu ada yang disebut dengan sintren.Apa itu Sintren? Bagaimana awal kemunculanya? sekilas pintas mari kita bahas.
Dalam situas perang melawan penjajah Belanda dan sangat minim dalam bekal persenjataan masyarakat cirebon-indramayu dan sekitarnya tidak berpaku tangan apalagi menyerah pada keadaan yang berat dan menyakitkan.Berabam pikiran,lakuan, dan gerakan terus dicetuskan dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran.untuk menyiasati perlengkapan hebat Belanda serta menguatkan lawan.para pemuda itu melatih kekebalan badan seperti kesenian debus banten.ditampilkan pula taktik memerdaya lawan dengan memperdaya kelembutan dan kekuatan gadis untuk melumpuhkan lawan.
Ketika para pwmuda cirebon melakukan strategi perang tersebut dilihat oleh para sinyo Belanda.malah,sebagai sinyo Belanda itu ada yang larut dan terperdaya karena adegan yang di perontokan para pejuan cirebon.tanpa disengajai atraksi strategi perang tersebut dinamai sintern,yang merupakan akronim dari sinyo [pemuda/tentara Belanda] dan trenen [latihan]Cerita lain mengabarkan, seperti yang termuat di pelbagai kepustakaan cetak dan elektronik, kesenian sintren bermula dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang gadis dari desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.
Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan).
Atas kisah cinta R. Sulandono dengan Sulasih maka kesenian sintren juga dikenal sebagai akronim dari She in trance, yang berarti penari perempuan yang sedang kerasukan. Dalam tataran ini, buana panca tengah melakukan kontak batin dengan buana nyungcung. Maka, bukan hal yang asing religiositas sangat berasa kala kesenian sintren berlangsung.Orang Indonesia, khususnya Sunda dan Jawa, memang termasuk mahir dalam menyingkat kata. Bahkan kesenian sintren juga dikiratakeun sebagai sesantrian. Sebab sebagian pelaku kesenian sintren menggunakan pakaian dan lakuan seperti santri.
Meski sangat berasa unsur religiositas, bahkan beraroma bau magis dan mistis, kesenian ini hingga kini masih hidup dan berkembang di pelbagai wilayah di Cirebon, Indramayu, Kuningan, bahkan hingga Brebes dan Banyumas.Busana yang digunakan penari sintren pada saat datang hanya kebaya dan kain. Kemudian ketika keluar dari kurungan penari mengenakan busana yang biasa mereka sebut dengan busana golek. Baju Golek, yaitu pakaian yang biasa dipakai oleh penari golek berupa kebaya tanpa lengan.Kain atau jarik batik, yang dipakai sebagaimana biasa perempuan jawa memakainya. Sabuk, tempat untuk menggantungkan sampur atau selendang. Sampur atau selendang yang dililitkan di pinggang sebagai alat untuk menari.
Jamang, yaitu perhiasan kepala semacam topi yang dihiasi untaian melati di kiri kanan telinga sebagai koncer.
Kaos kaki dan kacamata hitam yang berfungsi sebagai penutup mata pada saattrance.Lazim kesenian masyarakat pesesisir, kesenian sintren kerap dilakukan di ruang terbuka. Tak ada batas pemain dan penonton sintren. Bahkan, sebisa dapat pemain dan penonton sintren larut dalam pagelaran.Pagelaran macam itu menandaskan masyaraat Cirebon amat menghargai kebersamaan. Tidak ada jurang pembeda atas nama jabatan, kekayaan, jenis kelamin, dan pelbagai status sosial.Demi NKRI dan keragaman budaya yang banyak mengandung nilai-nilai luhur, mari kita lestarikan dan kembangkan kesenian sintren dari Cirebo.
Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan).
Atas kisah cinta R. Sulandono dengan Sulasih maka kesenian sintren juga dikenal sebagai akronim dari She in trance, yang berarti penari perempuan yang sedang kerasukan. Dalam tataran ini, buana panca tengah melakukan kontak batin dengan buana nyungcung. Maka, bukan hal yang asing religiositas sangat berasa kala kesenian sintren berlangsung.Orang Indonesia, khususnya Sunda dan Jawa, memang termasuk mahir dalam menyingkat kata. Bahkan kesenian sintren juga dikiratakeun sebagai sesantrian. Sebab sebagian pelaku kesenian sintren menggunakan pakaian dan lakuan seperti santri.
Meski sangat berasa unsur religiositas, bahkan beraroma bau magis dan mistis, kesenian ini hingga kini masih hidup dan berkembang di pelbagai wilayah di Cirebon, Indramayu, Kuningan, bahkan hingga Brebes dan Banyumas.Busana yang digunakan penari sintren pada saat datang hanya kebaya dan kain. Kemudian ketika keluar dari kurungan penari mengenakan busana yang biasa mereka sebut dengan busana golek. Baju Golek, yaitu pakaian yang biasa dipakai oleh penari golek berupa kebaya tanpa lengan.Kain atau jarik batik, yang dipakai sebagaimana biasa perempuan jawa memakainya. Sabuk, tempat untuk menggantungkan sampur atau selendang. Sampur atau selendang yang dililitkan di pinggang sebagai alat untuk menari.
Jamang, yaitu perhiasan kepala semacam topi yang dihiasi untaian melati di kiri kanan telinga sebagai koncer.
Kaos kaki dan kacamata hitam yang berfungsi sebagai penutup mata pada saattrance.Lazim kesenian masyarakat pesesisir, kesenian sintren kerap dilakukan di ruang terbuka. Tak ada batas pemain dan penonton sintren. Bahkan, sebisa dapat pemain dan penonton sintren larut dalam pagelaran.Pagelaran macam itu menandaskan masyaraat Cirebon amat menghargai kebersamaan. Tidak ada jurang pembeda atas nama jabatan, kekayaan, jenis kelamin, dan pelbagai status sosial.Demi NKRI dan keragaman budaya yang banyak mengandung nilai-nilai luhur, mari kita lestarikan dan kembangkan kesenian sintren dari Cirebo.
PERGELARAN TARI SINTREN
ada banyak seni dan budaya di jawa barat.termasuk semi dari kawasan cirebon.Di kota yang terkenal dengan batik trusminya itu ada yang disebut dengan sintren.Apa itu sintren?Bagaimana awal kemunculanya?sekilas pintas mari kita bahas.Dalam situasi perang melawan penjajah belanda dan sangat minim dalam bekal persenjataan masyarakat cirebon-indrammayu dan sekitarnya tidak berpaku tangan.apalagi menyerah padakeadaan yang berat ddan menyakitkan.Beragam pikiran,lakuan,dan gerakan terus dicetuskan dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran.untuk menyiasati perlengkapan hebat belanda Serta menguatkan semangat juang para pemuda cirebon mengadakan pelatihan perang dengan cara melumpuhkan lawan.
para pemuda itu melatih kesintren badan seperti kesenian debus Banten. Ditampilkan pula taktik memerdaya lawan dengan memberdayakan kelembutan dan kekuatan gadis pilihan untuk melumpuhkan lawan.Ketika para pemuda Cirebon melakukan startegi perang tersebut terlihat oleh para sinyo Belanda. Malah, sebagian sinyo Belanda itu ada yang larut dan terpedaya karena adegan yang dipertontonkan para pejuang Cirebon. Tanpa disengaja atraksi strategi perang tersebut dinamai sintren, yang merupakan akronim
Dari sinyo (pemuda/tentara Belanda) dan trenen (latihan).Cerita lain mengabarkan, seperti yang termuat di pelbagai kepustakaan cetak dan elektronik, kesenian sintren bermula dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang gadis dari desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.
Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan).
Atas kisah cinta R. Sulandono dengan Sulasih maka kesenian sintren juga dikenal sebagai akronim dari She in trance, yang berarti penari perempuan yang sedang kerasukan. Dalam tataran ini, buana panca tengah melakukan kontak batin dengan buana nyungcung. Maka, bukan hal yang asing religiositas sangat berasa kala kesenian sintren berlangsung.Orang Indonesia, khususnya Sunda dan Jawa, memang termasuk mahir dalam menyingkat kata. Bahkan kesenian sintren juga dikiratakeun sebagai sesantrian.
Sebab sebagian pelaku kesenian sintren menggunakan pakaian dan lakuan seperti santri.Meski sangat berasa unsur religiositas, bahkan beraroma bau magis dan mistis, kesenian ini hingga kini masih hidup dan berkembang di pelbagai wilayah di Cirebon, Indramayu, Kuningan, bahkan hingga Brebes dan Banyumas.Busana yang digunakan penari sintren pada saat datang hanya kebaya dan kain. Kemudian ketika keluar dari kurungan penari mengenakan busana yang biasa mereka sebut dengan busana golek. Baju Golek, yaitu pakaian yang biasa dipakai oleh penari golek berupa kebaya tanpa lengan.Kain atau jarik batik, yang dipakai sebagaimana biasa perempuan jawa memakainya.
Sabuk, tempat untuk menggantungkan sampur atau selendang. Sampur atau selendang yang dililitkan di pinggang sebagai alat untuk menari. Jamang, yaitu perhiasan kepala semacam topi yang dihiasi untaian melati di kiri kanan telinga sebagai koncer. Kaos kaki dan kacamata hitam yang berfungsi sebagai penutup mata pada saattrance.Lazim kesenian masyarakat pesesisir, kesenian sintren kerap dilakukan di ruang terbuka. Tak ada batas pemain dan penonton sintren. Bahkan, sebisa dapat pemain dan penonton sintren larut dalam pagelaran.Pagelaran macam itu menandaskan masyaraat Cirebon amat menghargai kebersamaan. Tidak ada jurang pembeda atas nama jabatan, kekayaan, jenis kelamin, dan pelbagai status sosial.Demi NKRI dan keragaman budaya yang banyak mengandung nilai-nilai luhur, mari kita lestarikan dan kembangkan kesenian sintren dari Cirebon.
Di dalam pegelaran tati ini terdapat tati INI terdapat empat bagian yaitu:ritual Berdoa bersama until mendapatkan keselamatan Dan terhindar Dari Mara hahaha selama pertunjukan berlangsung.
Paripura saat sintren yang ditemani oleh empaty penari paripura;bagian saat sintren yang ditemani oleh empaty penari lain sebagai dayang.
Balang;ketika penonton melemparkan sesuatu kearah penari sintren.
Temohan:woman para penari dengan membawa nampan Berjalan kearah penonton until memminta tanda terimakasih dngan uang seiklasnya.lainya sbagai dayang balang.ketika penonton melwmparkan sesuatu kearah penari sintren.
Syarat dijadikan penari ialah seorang gads yang masih perawan,dijadikan penarinta harus dalam keadaan suci. Sebelum pegelaran tari INI,sang lenari diwajibkan until berpuasa beberapa hari supaya tubuh si penari tetapa dalam keadaan suci serta menjaga tingkah laku agar tidak melakukan dosa dan berjinah.
kostum yang digunakan oleh sang penari ialah golek,beby tampak lengju yang baru dipakai dalam tari golem.untuk bagian bawah memakai celana cinde.Bagian kepala memakai jamang (Nisan dibagian telinga).aksesoris lainya ialah sabuk,sampur Dan kaos kai hitam.
Perkembangan pun sudah mulai hilang seiring berjalanya waktu.Tarian ini sudah sangat jarang ditampilkan bahkan di daerah aslinya.Tari ini merupakan tarian yang langka dan jarang ditemukan.oleh karenaitu kita sebagai anka penerus bangsa menjaga dan melestarikan tarian yang ada diindonesia.
Asekian paparan sayamengenai tarian sintren ini semoga apa yang sudah papaparkan dapat mendapatkan wawasan kepada readers semuanya.serta untuk selalu update blog saya dan salam hangat untuk readers semua memakai kacamata hitam setelah beberapa waktu kurang lebih antara 20 menit penari kelur dari kurungan sudah dalam tampil yang berbeda saat masuknya.kaca mata hitam yang dimasukan until menutupi poaiisi biji mera sewaktu trace/kesurupan.
ada banyak seni dan budaya di jawa barat.termasuk semi dari kawasan cirebon.Di kota yang terkenal dengan batik trusminya itu ada yang disebut dengan sintren.Apa itu sintren?Bagaimana awal kemunculanya?sekilas pintas mari kita bahas.Dalam situasi perang melawan penjajah belanda dan sangat minim dalam bekal persenjataan masyarakat cirebon-indrammayu dan sekitarnya tidak berpaku tangan.apalagi menyerah padakeadaan yang berat ddan menyakitkan.Beragam pikiran,lakuan,dan gerakan terus dicetuskan dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran.untuk menyiasati perlengkapan hebat belanda Serta menguatkan semangat juang para pemuda cirebon mengadakan pelatihan perang dengan cara melumpuhkan lawan.
para pemuda itu melatih kesintren badan seperti kesenian debus Banten. Ditampilkan pula taktik memerdaya lawan dengan memberdayakan kelembutan dan kekuatan gadis pilihan untuk melumpuhkan lawan.Ketika para pemuda Cirebon melakukan startegi perang tersebut terlihat oleh para sinyo Belanda. Malah, sebagian sinyo Belanda itu ada yang larut dan terpedaya karena adegan yang dipertontonkan para pejuang Cirebon. Tanpa disengaja atraksi strategi perang tersebut dinamai sintren, yang merupakan akronim
Dari sinyo (pemuda/tentara Belanda) dan trenen (latihan).Cerita lain mengabarkan, seperti yang termuat di pelbagai kepustakaan cetak dan elektronik, kesenian sintren bermula dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang gadis dari desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.
Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan).
Atas kisah cinta R. Sulandono dengan Sulasih maka kesenian sintren juga dikenal sebagai akronim dari She in trance, yang berarti penari perempuan yang sedang kerasukan. Dalam tataran ini, buana panca tengah melakukan kontak batin dengan buana nyungcung. Maka, bukan hal yang asing religiositas sangat berasa kala kesenian sintren berlangsung.Orang Indonesia, khususnya Sunda dan Jawa, memang termasuk mahir dalam menyingkat kata. Bahkan kesenian sintren juga dikiratakeun sebagai sesantrian.
Sebab sebagian pelaku kesenian sintren menggunakan pakaian dan lakuan seperti santri.Meski sangat berasa unsur religiositas, bahkan beraroma bau magis dan mistis, kesenian ini hingga kini masih hidup dan berkembang di pelbagai wilayah di Cirebon, Indramayu, Kuningan, bahkan hingga Brebes dan Banyumas.Busana yang digunakan penari sintren pada saat datang hanya kebaya dan kain. Kemudian ketika keluar dari kurungan penari mengenakan busana yang biasa mereka sebut dengan busana golek. Baju Golek, yaitu pakaian yang biasa dipakai oleh penari golek berupa kebaya tanpa lengan.Kain atau jarik batik, yang dipakai sebagaimana biasa perempuan jawa memakainya.
Sabuk, tempat untuk menggantungkan sampur atau selendang. Sampur atau selendang yang dililitkan di pinggang sebagai alat untuk menari. Jamang, yaitu perhiasan kepala semacam topi yang dihiasi untaian melati di kiri kanan telinga sebagai koncer. Kaos kaki dan kacamata hitam yang berfungsi sebagai penutup mata pada saattrance.Lazim kesenian masyarakat pesesisir, kesenian sintren kerap dilakukan di ruang terbuka. Tak ada batas pemain dan penonton sintren. Bahkan, sebisa dapat pemain dan penonton sintren larut dalam pagelaran.Pagelaran macam itu menandaskan masyaraat Cirebon amat menghargai kebersamaan. Tidak ada jurang pembeda atas nama jabatan, kekayaan, jenis kelamin, dan pelbagai status sosial.Demi NKRI dan keragaman budaya yang banyak mengandung nilai-nilai luhur, mari kita lestarikan dan kembangkan kesenian sintren dari Cirebon.
Di dalam pegelaran tati ini terdapat tati INI terdapat empat bagian yaitu:ritual Berdoa bersama until mendapatkan keselamatan Dan terhindar Dari Mara hahaha selama pertunjukan berlangsung.
Paripura saat sintren yang ditemani oleh empaty penari paripura;bagian saat sintren yang ditemani oleh empaty penari lain sebagai dayang.
Balang;ketika penonton melemparkan sesuatu kearah penari sintren.
Temohan:woman para penari dengan membawa nampan Berjalan kearah penonton until memminta tanda terimakasih dngan uang seiklasnya.lainya sbagai dayang balang.ketika penonton melwmparkan sesuatu kearah penari sintren.
Syarat dijadikan penari ialah seorang gads yang masih perawan,dijadikan penarinta harus dalam keadaan suci. Sebelum pegelaran tari INI,sang lenari diwajibkan until berpuasa beberapa hari supaya tubuh si penari tetapa dalam keadaan suci serta menjaga tingkah laku agar tidak melakukan dosa dan berjinah.
kostum yang digunakan oleh sang penari ialah golek,beby tampak lengju yang baru dipakai dalam tari golem.untuk bagian bawah memakai celana cinde.Bagian kepala memakai jamang (Nisan dibagian telinga).aksesoris lainya ialah sabuk,sampur Dan kaos kai hitam.
Perkembangan pun sudah mulai hilang seiring berjalanya waktu.Tarian ini sudah sangat jarang ditampilkan bahkan di daerah aslinya.Tari ini merupakan tarian yang langka dan jarang ditemukan.oleh karenaitu kita sebagai anka penerus bangsa menjaga dan melestarikan tarian yang ada diindonesia.
Asekian paparan sayamengenai tarian sintren ini semoga apa yang sudah papaparkan dapat mendapatkan wawasan kepada readers semuanya.serta untuk selalu update blog saya dan salam hangat untuk readers semua memakai kacamata hitam setelah beberapa waktu kurang lebih antara 20 menit penari kelur dari kurungan sudah dalam tampil yang berbeda saat masuknya.kaca mata hitam yang dimasukan until menutupi poaiisi biji mera sewaktu trace/kesurupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar