Rabu, 18 Desember 2019

NILAI NILAI DAKWAH DALAM PERTUNJUKKAN TARI SINTREN


NILAI-NILAI DAKWAH DALAM PERTUNJUKKAN SINTREN





Nusantara Pesambangan Jati Cirebon Nilai merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Esensi di sini belum berarti sebelum dibutuhkan oleh manusia tetapi tidak berarti adanya esensi karena adanya manusia yang membutuhkan, hanya saja kebermaknaan esensi tersebut semakin mengikat sesuai dengan peningkatan daya tangkap dan pemaknaan manusia sendiri. Sintren merupakan suatu bentuk kesenian alternatif kolaborasi antara seni drama dan seni tari, pertunjukan sintren bisa memiliki banyak arti tergantung siapa yang melihat dan menikmatinya. Sintren juga merupakan kesenian yang sarat akan simbol-simbol yang bermakana dan berfungsi mengarahkan pemahaman subyek (pemain) pada obyek (penonton). Dapat dikatakan bahawa dalam sebuah pertunjukan sintren mempunyai makna-makna tertentu yang akan ditawarkan kepada penonton, khususnya mengenai tujuan dari pada manusia hidup didunia hingga kembali keakherat (tempat keabadian), yakni sebagai berikut: 60 


1. Dalam pertunjukan sintren, pemain diikat dan dimasukan ke dalam kurungan hal ini mengandung pesan dakwah bahwa manusia yang pasti akan masuk kealam kubur (wafaat)


2. Kemudian pasca pemain itu dimasukan kedalam kurungan, pemain berubah menjadi wanita cantik, hal ini mengandung pesan dakwah atau sebagai symbol ia telah mendapatkan rahmat dan ridho Allah Swt. 


3. Pemain memakai kacamata hitam mengandung pesan dakwah bahwa dunia itu penuh dengan godaan yang menyesatkan sehingga hendak manusia tidak terpedaya oleh hal-hal keduniawian belaka 


4. Dilanjutkan dengan adegan pingsan dan menari-nari, hal ini sebagai lambang kenikmatan yang tidak terhingga sehingga ia merasa seperti orang yang lupa daratan surga


5. Sintren mengandung makna hubungan taraqi (permoohonan kepada Allah Swt) dan tanazul (sebagai bentuk turunnya pertolongan Allah Swt) 


6. Dilihat dari simbolik syair yang mengandung pesan dakwah sebagai berikut: Selasih-selasih suliandana (selasih adalah nama bunga yang digunakan untuk berjiarah kubur bagi masyarakat cirebon) Klambi putih wadahe raga (sandangan ketika seseorang meninggal dibungkus dengan kain kafan) Ana raga kadiran sukma (ada raga di isi ruh) Sukma wening temuruna (tuhan turunkanlah kasih sayang) Kemudian dilanjutkan dengan doa keselamatan dunia dan ahirat. 61 


7. Busana yang mewah dan mahkota adalah lambang karunia dan kehormatan yang diberikan oleh Allah setelah wafat. Seperti dalam firman Alloh Swt, Qs. Al Zalzalah. Ayat: 5-7. Artinya : karena Sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.1 Penulis mencoba menginterpretasi terhadap pertunjukan sintren, dibawah ini merupakan upaya penulis untuk menganalisis adegan/babak-babak yang menggambarkan nilai-nilai dakwah dalam pertunjukan sintren, dengan menggunakan analisis semiotik karya Roland Barthes. 1. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos. Sintren adalah layaknya seorang putri kayangan, sekar melenggak lenggok gemulai mengikuti irama musik di depan penontonnya, sebelumnya ia diikat dengan seutas tali dan dikurung di dalam sebuah kurungan. 


Hari ini ia 1 Al Qur’an dan Terjemah Departemen Agama,( Bandung: CV. Diponegoro 2005), h, 481 62 ditakdirkan menjadi seorang sintren. Sintren yang penulis analisis adalah sintren yang menceritakan suatu keadaan di alam kubur dan alam akhirat, Sintren berasal dari dua suku kata “Si” dan “tren” Si dalam bahasa jawa “ia” atau “dia” dan “tren” berarti “tri” atau panggilan dari kata “putri”, sehingga sintren adalah siputri yang menjadi obyek utama dalam pertunjukan sintren. Ada juga yang menafsirkan bahwa sintren berasal dari kata sesantrian, yang artinya meniru perilaku dan cara berpakaian santri. Sintren merupakan kesenian yang dapat ditampilkan dan diajarkan yg mempunyai makna simbolik tinggi untuk mendidik generasi muda, membentuk karakter bangsa yang memiliki peradaban tinggi dan relevan dengan perkembangan jaman sebagai salah satu bentuk dari pencerahan masyarakat. Penulis akan berusaha menguraikan makna konotasi, denotasi dan mitos dalam pertunjukan sintren. Dakwah dalam analisis semiotik akan menjadi pananda (signifier) dakwah dari aspek materialnya sehingga mampu menguraikan apa yang tersirat dan tersurat dalam pertunjukan yang terdokumentasikan lewat foto. Tabel berikut menjelaskan bagaimana nilai-nilai dakwah dapat dideskripsikan/ disampaikan melalui sebuah pertunjukan 


Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi Wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau 64 memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.


Akidah merupakan ikatan perjanjian antara manusia dengan tuhannya, bahwa manusia itu rela mempertuhankan dam menaati segala perintahnya. Ikatan perjankian itu telah disepakati manusia sejak masih dalam rahim ibunya, sebagaimana telah diungkapkan dalam Al-quran, Qs Al-a’raf, Ayat 172 : 


Artinya : dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak- anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang 66 demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"


Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung dibalik benteng yang kokoh atau berlindung dibalik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini, seperti dalam firmannya Allah swt. Qs Al-jumu’ah. Ayat 62:8 :


Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".



Tidak ada komentar:

Posting Komentar