Rabu, 15 Januari 2020

SINTREN DI DAERAH INDRAMAYU

Hasil gambar untuk ragam budaya indonesia


kebudayaan masyarakat jawa yang melekat pada masyarakat Indramayu salah satunya adalah Sintren. Sintren adalah kesenian tari tradisional yang berasal dari Jawa khusus nya daerah Pekalongan. Kesenian ini terkenal di pesisir utara jawa tengah dan jawa barat,antar lain Pemalang,Pekalonga,Brebes,Banyumas,Kuningan,Cirebon dan Indramayu. Sintren disebut juga dengan Lais. Di Indramayu sendiri,kesenian sintren di pentaskan pada acara acara tertentu,misalnya hajatan atau syukuran atau penttas seni tradisional. Dahulu ada pentas seni sintren berkeliling kampung,namun sekarang sudah sangat sangattt sulit sekali ditemukan karna sudah semakin tergeser dengan pentas atau hiburan modern.

Pertunjukan sintren di adakan di tempat yang luas,dan biasanya hanya menggunakan alas tikar atau karpet. Tidak ada batas yang jelas antara penonton dan pemain sintren,hal ini yang menjadi sebab kesenian sintren ini sangat sederhana,hanya terdiri dari bambu betung (bambu besar) dan kendi yang kedua nya dibunyikan dengan cara dipukul lubang nya menggunakan karet dari sandal dan ditambah dengan kemeriahan dari suara kecrek. Bunyi tetabuhan ini juga lah yang digunakan untuk mengumpulkan penonton di awal pertunjukan. Seorang penari sintren akan di dudukan di tengah arena pertunjukan,lalu kedua tangan nya di ikat dibelakang dengan kuat dan kencang menggunakan saputangan,di hadapannya diletakan seperangkat pakaian sintren (biasanya busana kebaya ditambah jenis rompi), alat make up dan aksesoris kepala,tidak lupa kacamata hitam. Dan gaisss perlu kalian ketahui ya,untuk menjadi seorang penari sintren syaratnya itu sang gadis harus masih dalam keadaan suci atau perawan,dan tidak boleh dilanggar sebab jika di langgar gadis tersebut akan gila. Setelah penari di dudukan,tubuhnya akan di tutup menggunakan kurungan yang biasa di gunakan untuk mengurung ayam tetapi dengan ukuran yang lebih besar. Lalu tembang yang mengandung mantra mulai di nyanyikan : solasi solandana Menyan putih ngundang dewa ana dewa dening sukma Widadari temuruna. Tembang mantra tersebut akan dilantunkan berulang ulang dan akan dihentikan jika kurungan yang menutup tubuh si penari sintren bergerak gerak,ini menunjukan bidadari yang diundang sudah masuk ke dalam tubuh sang penari tersebut,dan di buktikan dengan kostum penari yang sudah berganti dan aksesoris yang sudah terpakai lengkap serta si penari sintren sudah memakai make up lengkap. Aneh bin ajaib kan gaiss kesenian sintren ini? Bayangan dalam ruangan kecil,gelap,dan dalam posisi terikat, seorang wanita dapat berganti pakaian dan bermake up layak nya dalam kamar rias yang luas dan terang. Sang penari sintren ini kemudian akan mulai menari nari dalam keadaan tidak sadar,tidak ada pakem tarian yang jelas,terkadang juga terkesan terlihat kaku dan monoton. Saat penari sintren ini mulai menari nari pertunjukan akan di lanjutkan dengan cara “balangan” yaitu melempar kain atau sarung ke tubuh sintren,dimana salah satu ujung kain akan disimpan uang yang berfungsi sebagai sawer atau imbalan. Sintren yang terkena balangan kain akan terjatuh,adegan ini akan menimbulkan tawa atau atau bahkan jeritan dari penonton kalau sang dayang yang mengiringi penari sintren terlambat atau tidak dapat menahan tubuh sang penari. Penari sintren dapat di bangunkan kembali (tetapi masih dalam kondisi tidak sadar) dan melanjutkan menari dengan cara diusapkan asap dari dupa yang dibakar selama pertunjukan berlangsung. Jatuh bangun nya sintren akibat balangan dan frekuensi balangan yang sering,menjadi keasyikan tersendiri dalam menikmati pertunjukan sintren ini

Lama nya pertunjukan sintren ini bervariasi,kurang lebih 3-4 jam. Pertunjukan ini akan berakhir kalau dalang sintren sudah mulai melantunkan tembang.... godong kilaras di tandur tengahe alas paman bibi aja maras dalang lais jaluk waras. Banyak yang mengira bahwa pertunjukan sintren berasal dari daerah Indramayu,tetapi setelah di telusuri lebiih jauh,sejarah sintren yang kuat menunjukan kalau kesenian ini berasal dari Jawa Tengah,tepat nya di daerah Pekalongan. Tetapi ada kesamaan yang bisa di tarik secara psikologis,kesenian ini menunjukan bentuk ekspresi kebebasan atau menolak batasan batasan,tetapi tidak berani secara terang terangan menolak batasan tersebut karena adanya ketakutan terhadap penguasa saat itu.

Tarian Sintren yang tanpa pakem dan di lakukan tanpa sadar (sehingga terlihat ‘bisu’) menunjukan keinginan untuk bebas tetapi tidak mampu atau berani terungkapkan. Sejarah sintren versi pekalongan menuliskan sintren berasal dari cerita hubungan cinta yang tidak direstui antara Sulasih dan R.Sulandono yang merupakan anak seorang bupati di Pekalongan. Sejarah ini menunjukan adanya pengekangan dalam menjalin hubungan anatar dua anak manusia.

Asal mula lahiernya sintren sendiri adalah sebenarnya sebagai peraminan dikala petang kaum ibu dan putra putrinya yang tengah menunggu suami atau ayah mereka pulang sebagai nelayan mencari ikan di laut. Permainan sintren terus di lakukan setiap sore dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka,maka lama kelamaan sintren berubah menjadi sebuah permainan sakral menunggu para nelayan pulang. Namun seiring perkembangan nya kesenian ini kemudian dijadikan sebagai objek mencari nafkah untuk sebagian masyarakat ketika ada yang tidak pergi ke melaut untuk menjadi seniman. Biasanya mereka berkeliling kampung untuk mementaskan kesenian sintren ini dengan mengandalkan saweran dari para penonton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar